Pengusaha Mengungkap Kerisauan: Pajak dan Nilai Rupiah Jadi Momok di Tengah Ketidakpastian Ekonomi RI!

Kabarterkini.my.id Dengan izin Allah semoga kita selalu diberkati. Disini saya akan mengupas Ekonomi, Pajak, Bisnis, Nilai Rupiah, Ketidakpastian Ekonomi, Pengusaha yang banyak dicari orang-orang. Panduan Seputar Ekonomi, Pajak, Bisnis, Nilai Rupiah, Ketidakpastian Ekonomi, Pengusaha Pengusaha Mengungkap Kerisauan Pajak dan Nilai Rupiah Jadi Momok di Tengah Ketidakpastian Ekonomi RI Pastikan Anda menyimak sampai kalimat penutup.

1.
Tantangan bagi Pertumbuhan Ekonomi
2.
Strategi Mengurangi Ketergantungan Dolar AS

Stabilitas Fiskal dan Moneter Indonesia: Tantangan dan Solusi

Dalam perkembangan saat ini, pemerintah Indonesia menghadapi sejumlah tantangan dalam menjaga stabilitas fiskal dan moneter. Menurut Shinta Widjaja Kamdani, ketua umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), penerimaan pajak yang terus merosot menjadi salah satu indikator kesulitan tersebut. Ia menyoroti bahwa kebijakan yang tepat harus diterapkan untuk mengelola penerimaan pajak secara efektif.

Masalah Penerimaan Pajak

Jika kita tinjau dari perspektif fiskal, Indonesia masih mengalami kesulitan untuk memperluas basis pajak dan jumlah pembayar pajak, ungkap Shinta dalam program Power Lunch CNBC Indonesia pada tanggal 24 Maret 2025. Dalam analisisnya, penerimaan fiskal hingga Februari 2025 masih jauh di bawah ekspektasi. Hal ini menunjukkan perlunya intervensi pemerintah untuk meningkatkan sistem perpajakan.

Kinerja Moneter dan Ekspor

Di sisi lain, Shinta juga mengkritisi kinerja moneter yang cenderung stagnan. Indonesia mengalami kesulitan dalam meningkatkan penerimaan valuta asing, terutama akibat kinerja ekspor dan investasi asing yang masih lesu, jelasnya. Ia menggarisbawahi pentingnya pemerintah dan Bank Indonesia dalam menciptakan kebijakan yang bisa merangsang pertumbuhan di sektor ini.

Tantangan bagi Pertumbuhan Ekonomi

Dari perspektif yang lebih luas, pemerintah menghadapi beban fiskal dan moneter yang tinggi. Shinta mengekspresikan kekhawatirannya bahwa penurunan suku bunga acuan mungkin sulit dicapai dalam waktu dekat. Kita tidak bisa terjebak dalam bahasa yang membuat kita terus mengejar pajak dari masyarakat yang sudah taat, perlu adanya pendekatan yang lebih komprehensif, imbuhnya.

Lebih lanjut, masalah tingginya permintaan dolar AS di Indonesia juga berkontribusi pada kesulitan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Tanpa adanya stabilitas kurs, harapan untuk menjaga insentif fiskal dan moneter dalam mendukung pertumbuhan ekonomi akan semakin tipis, tegas Shinta.

Kebutuhan Terhadap Insentif

Shinta mencatat bahwa insentif fiskal dan moneter sangat dibutuhkan guna menjaga aktivitas ekonomi Indonesia agar tetap sesuai dengan target pertumbuhan sebesar 5,2%. Ia menekankan perlunya perbaikan dalam cara pemerintah mengelola pajak, di mana ekstensifikasi dianggap lebih efektif ketimbang intensifikasi pajak.

Strategi Mengurangi Ketergantungan Dolar AS

Salah satu strategi yang diusulkan adalah mengurangi ketergantungan pada dolar AS. Meningkatkan penerimaan dari net ekspor dan investasi adalah langkah krusial. Kita perlu memperbaiki tata kelola perizinan usaha, menyederhanakan birokrasi dan regulasi, serta memperluas akses pasar melalui prinsip perdagangan bebas, kata Shinta.

Ia juga menekankan pentingnya relaksasi terhadap kebijakan moneter, seperti penurunan suku bunga pinjaman usaha. Ini harus mendapatkan perhatian khusus, terutama bagi sektor-sektor yang berorientasi ekspor dan industri yang berpotensi menciptakan lapangan pekerjaan, seperti sektor padat karya, imbuhnya.

Dengan memahami kondisi ini, diharapkan pemerintah dapat mengimplementasikan kebijakan yang membantu memperkuat kondisi fiskal dan moneter, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih baik. Tantangan yang ada memerlukan kolaborasi yang erat antara pemerintah dan sektor swasta untuk menciptakan stabilitas yang berkelanjutan.