• Default Language
  • Arabic
  • Basque
  • Bengali
  • Bulgaria
  • Catalan
  • Croatian
  • Czech
  • Chinese
  • Danish
  • Dutch
  • English (UK)
  • English (US)
  • Estonian
  • Filipino
  • Finnish
  • French
  • German
  • Greek
  • Hindi
  • Hungarian
  • Icelandic
  • Indonesian
  • Italian
  • Japanese
  • Kannada
  • Korean
  • Latvian
  • Lithuanian
  • Malay
  • Norwegian
  • Polish
  • Portugal
  • Romanian
  • Russian
  • Serbian
  • Taiwan
  • Slovak
  • Slovenian
  • liish
  • Swahili
  • Swedish
  • Tamil
  • Thailand
  • Ukrainian
  • Urdu
  • Vietnamese
  • Welsh
Hari

Your cart

Price
SUBTOTAL:
Rp.0

Fenomena 'Quiet Quitting': Karyawan Gen Z Jepang Ambil Sikap Diam di Tengah Ketidakpuasan Kerja!

img

Kabarterkini.my.id Bismillah semoga hari ini membawa berkah untuk kita semua. Di Tulisan Ini aku ingin mengupas sisi unik dari Ketenagakerjaan, Generasi Z, Psikologi Kerja, Budaya Perusahaan, Trend Sosial. Artikel Ini Mengeksplorasi Ketenagakerjaan, Generasi Z, Psikologi Kerja, Budaya Perusahaan, Trend Sosial Fenomena Quiet Quitting Karyawan Gen Z Jepang Ambil Sikap Diam di Tengah Ketidakpuasan Kerja Pelajari setiap bagiannya hingga paragraf penutup.

Perubahan Paradigma Kerja di Jepang: Dari Loyalitas Menuju Keselarasan Hidup

Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi pergeseran signifikan dalam pandangan pekerja Jepang terhadap komitmen mereka terhadap perusahaan. Menurut Sumie Kawakami, seorang dosen ilmu sosial di Universitas Yamanashi Gakuin dan konsultan karier, generasi muda kini semakin skeptis terhadap pengorbanan yang dilakukan orang tua mereka untuk pekerjaan. Banyak anak muda yang melihat orang tua mereka mengorbankan hidup untuk perusahaan, bekerja lembur berjam-jam dan mengorbankan kehidupan pribadi mereka, ungkapnya.

Faktor-Faktor di Balik Perubahan

Keadaan ini tidak datang tanpa alasan yang jelas. Banyak pekerja kini merasa bahwa kontribusi mereka terhadap perusahaan tidak dihargai. Kawakami menjelaskan bahwa di masa lalu, perusahaan memberikan kompensasi yang adil serta tunjangan yang membuat karyawan setia hingga pensiun. Namun, generasi saat ini mulai menyadari bahwa ikatan tersebut tidak lagi relevan. Dulu, para karyawan sangat setia kepada kantor mereka, bekerja berjam-jam, bekerja lembur tanpa bayaran, dan tidak ingin berpindah perusahaan, tambahnya.

Prof. Izumi Tsuji dari Universitas Chuo Tokyo melihat perkembangan ini sebagai hal yang positif. Ia menyatakan bahwa tuntutan dari perusahaan terhadap karyawan di Jepang telah meningkat pesat selama beberapa dekade terakhir. Dulu orang-orang terlalu loyal pada perusahaan mereka dan tidak memiliki kehidupan di luar kantor, ujarnya. Namun, kini dengan kondisi ekonomi yang berubah, banyak karyawan yang memilih untuk melakukan quiet quitting atau pekerjaan minimal semampu mereka.

Dinamika Kontrak Kerja dan Gaji

Beralihnya budaya kerja juga dipicu oleh perubahan dalam sistem kontrak kerja dan kompensasi. Banyak perusahaan kini berusaha untuk memangkas biaya, yang berujung pada peningkatan jumlah staf dengan kontrak parsial dan pengurangan gaji serta bonus. Hal ini semakin memperkuat keputusan generasi muda untuk tidak terikat pada satu perusahaan selamanya. Kawakami mengamati, Generasi dewasa muda kini mulai sulit menerima konsep komitmen seumur hidup untuk satu perusahaan, yang menunjukkan adanya perubahan fundamental dalam cara berpikir pekerja.

Data Penelitian Mengenai Loyalitas Pekerja

Sebuah studi yang dilakukan oleh Mynavi Career Research Lab, yang melibatkan 3.000 pekerja berusia 20 hingga 59 tahun, mengungkapkan bahwa sekitar 45% responden hanya melakukan pekerjaan sebatas yang diwajibkan saja. Ini menunjukkan bahwa generasi muda lebih memilih keseimbangan antara karier dan kehidupan pribadi dibandingkan dengan pengorbanan total untuk perusahaan.

Kehidupan di Luar Pekerjaan

Issei, seorang pemuda berusia 26 tahun, menuturkan pandangannya mengenai hal ini: Saya tidak membenci pekerjaan saya, dan saya tahu bahwa saya harus bekerja untuk membayar tempat tinggal dan berbagai tagihan, tapi saya lebih suka bertemu dengan teman-teman saya, bepergian, atau mendengarkan musik. Sebuah pernyataan yang mencerminkan bagaimana banyak pekerja kini lebih memilih kebahagiaan dan kesejahteraan pribadi dibandingkan dengan loyalitas penuh terhadap perusahaan.

Kesimpulan

Pergeseran paradigma kerja di Jepang ini mencerminkan realitas baru di mana pekerja ingin mempertahankan keseimbangan antara profesi dan kehidupan pribadi mereka. Dengan meningkatnya kesadaran akan nilai diri dan pentingnya kualitas hidup, generasi muda ini menjelajahi alternatif yang lebih sehat dan berkelanjutan dalam bekerja. Masa depan pekerjaan di Jepang mungkin akan semakin berfokus pada kebahagiaan individu, di mana loyalitas berlebihan terhadap perusahaan bukanlah satu-satunya tujuan.

Demikian fenomena quiet quitting karyawan gen z jepang ambil sikap diam di tengah ketidakpuasan kerja sudah saya bahas secara mendalam dalam ketenagakerjaan, generasi z, psikologi kerja, budaya perusahaan, trend sosial Jangan segan untuk mengeksplorasi topik ini lebih dalam selalu berpikir positif dan jaga kondisi tubuh. Ajak temanmu untuk ikut membaca postingan ini. semoga Anda menemukan artikel lainnya yang menarik. Sampai jumpa.

© Copyright 2024 - Berita Terkini
Added Successfully

Type above and press Enter to search.

Close Ads